Rabu, 31 Oktober 2012

PUISI IMHA



PERPISAHAN

Sebuah kisah dimusim panas
Dimana kala kuncup dan tunas bunga mengering
Menambah api yang membakar hati

                                    Kau diam seperti batu
                                    Ku sapa namun tetap membisu
                                    Hatimu dipenuhi gumpalan salju

Memandangamu, dengan sisa-sisa kepingan air mata
Entah amarah atau lara
Sebuah kata terlontar dari bibir indahmu

“Masihkah kita pantas ‘Tuk bersama?”

                                               

KENANGAN



Disaat hati dan pena
Saling menumpahkan perasaan
Dalam secarik kertas
Yang menjadi wadah curahan hatinya

                                                 Sekedar untuk mengingat
Kenangan yang membeku
Dimana dia menjadi sebuah anugerah
Dimana hujan menjadi air mata
Dimana masalah menjadikanku dewasa

Seakan kembali memutar waktu
Dimana disaat bunga mawar merekah
Mengudang kumbang datang berpesta
Hingga menebarkan aroma surgawi

                                                Namun, kini semua hanya kenangan
                                                Aku termenung meratapi kesedihanku,
Kau yang dulu ada disampingku, menemaniku,
Bercanda denganku, kini telah meninggalkanku…

TUGAS MINGGUAN_Puisi



"TUGAS MINGGUAN"

PUJAAN HATI

                                    Kau adalah jejak
                                    Yang mengiringi langkahku
                                                           
                                    Kau adalah udara
                                    Yang iringi hidupku

                                    Kau adalah harta
                                    Yang sangat rapuh, namun begitu berharga

                                    Kau adalah malaikat
                                    Yang selamanya, menjaga hatiku

Hanya dengan menyentuhmu
Aku mampu menghentikan setiap butir air yang
Mengucur deras dari tubuhku.

                                    Karena dirimu ada dihatiku...




                                                                        KEPERGIANMU

Desir waktu kian bergulir
Para bintang mengelabuhi heningnya malam
Hasrat terpendam memanaskan hati yang membara
Semilar rasa membelai jiwa yang sepi
                        Sunyinya malam tenggelam dalam cahaya bulan
                        Sejuta kata telah kuukir dihatimu
                        Namun, tetap tak mampu mengembalikanmu
Sesal...
Sesal....
Sesal...
Sesal...
                        Kini, tiada guna aku bersembunyi
                        Kau pergi bersama hujan dimalam itu.

                       

                       

                                                           

Rabu, 10 Oktober 2012

Sitti Fatimah


Tugas Apresiasi Puisi


Nama                           : Sitti Fatimah
Kelas/Nim                : B/105104041
Prodi                           : PBSI


Pertayaan
1.      Mengapa puisi ciptaan W.S. Rendra yang berjudul “Surat Cinta” termasuk dalam aliran romantis? Analisislah kata-kata dalam puisi “Surat cinta” yang terlalu berlebihan
2.      Buatlah puisi sesuai aliranmu sendiri!
3.      Buatlah puisi yang bertolak belakang dengan aliranmu!

Jawaban
1.    Puisi yang di ciptakan W.S. Rendra yang berbentuk naratif ini dengan judul “ Surat cinta” adalah jenis puisi yang termasuk dalam aliran romantisme. Hal ini dikerenakan dalam puisi ini banyak menggunakan kata maupun kalimat yang berlebihan, dalam puisi tersebut nampak sekali menggambarkan sebuah perasaan yang kuat dan sangat sesuai dengan kenyataan hidup sang penyair yang membuat puisinya hingga mengakibatkan pembaca ikut larut dalam setiap kata yang dituangkan dalam puisi tersebut.
Beberapa kata berlebihan yang ditunjukkan dalam puisi “Surat cinta”
§      Pada baid pertama hanya untuk menyatakan bahwa dia mencintainya penyair menggunakan kalimat bagai bunyi tambur mainan, anak-anak peri dunia yang gaib”
§      Pada baid kedua penyair ingin meminang kekasihnya ia menggunakan kalimat “ kala langit menangis dan dua ekor belibis bercintaan didalam kolam bagi dua anak nakal jenaka dan manis mengibarkan ekornya serta menggetarkan bulunya”
§      Pada baid ketiga “kaki-kaki hujan yang runcing menyentuh ujungnya dibumi”
§      Pada baid  kelima penyair mengungkapkan bahwa dia melalmar gadir yang ia cintai Engkau adalah putri duyung tergolek lemas, mengejap-ngejapkan matanya dalam jaringku. Wahai putri duyung aku menjaringmu”
2.      Pada dasarnya saya belum memahami secara pasti apakah saya termasuk dalam aliran ekspresionisme, aliran romantisme atau aliran yang lainnya, hal ini dikarenakan saya termasuk pemula dalam dunia puisi, masih banyak kata ataupun kalimat yang saya tuangkan dalam secarik kertas yang belum memiliki makna khusus. Oleh sebab itu, untuk saat ini saya hanya bisa menjawab secara sederhana bahwa puisi yang terdapat dibawah ini adalah puisi yang menurut pendapat saya adalah puisi yang termasuk dalam aliran ekspresionisme.

RINDU

Ketika sinar rembulan memudar
Sesosok rindu dengan sebelah sayap
Terbang ke langit malam
                                                                Gelapnya mata dan hati
                                                                Membuatku lupa dimana persinggahanku
                                                                Langit gelap seakan menghapus setiap jejakku
Dinginnya malam menjadi saksi
Jiwa-jiwa yang terbujur kaku dan lemas
Terperosok ke lembah neraka
                                                                Jutaan suara berteriak tak mampu mengoyahkan sepi
                                                                Butir-butir air yang menusuk pori-pori,
Merontakkan tulang-tulang
Takkan sanggup menruntuhkan kesunyian hatiku
Sepi...
Sunyi...
                                                               Aku terdampar sendiri,
                                                                Menapaki kerinduan yang berkepanjangan......

3.      Aliran yang bertolak belakang dengan puisi yang sering saya buat adalah aliran realisme sosial.
“Pemakan Uang Rakyat”
Lidahmu bagai sembilu yang tajam
Menggores setiap hati orang-orang rendah
Tanpa peduli dengan perasaan mereka
                                Kau datang dengan berbagai janji
Lalu pergi tanpa sebuah bukti
Mengambil hak yang bukan milikmu
                                 Apa kau tak sadar,
Betapa banyak air mata yang jatuh karenamu
Kebahagian mereka kau rebut tanpa sisa
                Namun, tuhan tak pernah berkedip
Hari ini kau tertawa diatas air mata
Kami......
Tapi, besok kau hanya akan menumukan
dirimu membusuk di penjara dan perlahan
lahan mati dimakan rayap.